Pagi itu aku baru saja memasang tv
baru untuk mobilku. Kecil tapi paling
tidak bisa membantu menghilangkan
kebosanan apalagi saat macet di jalan.
Jakarta adalah kota yang tiada hari
tanpa macet. Selain macet, ternyata tv
ini ada gunanya untuk
‘memancing’lelaki. Ceritanya sehabis
pulang kerja jam 6an sore waktu itu,
tiba tiba aku merasa lapar sekali. Pas
kebetulan aku melewati salah satu
jalan di Jakarta Pusat dimana satu
jalan itu terdapat banyak sekali
penjual nasi uduk. Karena saking
banyaknya penjual, aku tidak tahu
mana yang paling enak. Berhubung
perutku sudah berbunyi dan radar gay
aku bergerak, sesaat aku melewati
satu warung yang ternyata para
penjualnya selain ganteng juga
memiliki badan yang bagus. (Dalam
hati aku berpikir apakah mungkin
semuanya lelaki binan?) Aku
memakirkan mobilku di tempat yang
sepi lalu berjalan menuju ke warung
tersebut. Sang penjual menanyakan
pesanan. Saat itu masih cukup ‘pagi’
sehingga mereka belum siap siap dan
aku harus menunggu beberapa waktu
yang cukup lama. Walau bisa
mengamati tubuh masing masing
penjual, lama lama karena lelah aku
mengatakan kepada penjual yang
melayani aku untuk mengantarkan
pesanan kemobil aku. Sampai di mobil
aku menyalakan mesinnya. Tiba tiba
timbullah pikirkan, “Kenapa tidak aku
stel aja film bokep? Mumpung masih
lama ini.” Akhirnya aku mengambil
salah satu koleksi film dari tempat cd-
ku. Hujan turun dengan deras. Selang
10 menit aku mendengar ada yang
mengetuk di jendel. Ternyata abang
nasi uduk itu sudah datang. Aku
langsung mematikan film tersebut dan
membuka jendela. “Wah, aku baru
pertama kali nonton film gituan tuh.”
Jelas abang itu. Tentu aku tidak
menghilangkan kesempatan itu. “Mau
lanjut nonton lagi? Tanggung sih tadi
tinggal dikit. Mau ngak? Masuk ke
mobil aja.” Tanyaku. Aku menyalakan
kembali film gay itu sambil bertanya,
“Kamu gak aneh nonton film ginian? Ini
kan cowok ama cowok.” “Aneh sih,
Mas. Cuman aku belum pernah lihat
sih. Hubungan aja belum pernah. Gak
nyangka ya bule punya panjang dan
gede?” Komentarnya. Selagi ia
menonton film itu, aku mengamati
tubuhnya dengan kulit yang hitam tapi
bersih. Aku kemudian memberanikan
diri untuk memegang lengannya yang
berotot. “Lengan kamu berotot juga
ya?” “Ya, habisnya kerja berat sih. Pagi
kerja tukang, sorenya jualan nasi
uduk.” “Tapi abis kerja mandi dong?”
“Ya, harus dong. Kalau gak bisa bisa
dimarahin ama majikan kali.”
“Emangnya semua abang abang
disana juga tukang kalau pagi? Lalu
mandinya rame rame dong?” Nanya
aku lugu. “Kan biar gak buang waktu.
Kalau telat dikit aja pelanggan
biasanya dah datang. Bisa bisa
keduluan warung yang lain.” Jelas
iasambil aku pegang pahanya.
Sampailah saat salah satu bule di
adegan itu untuk mencapai puncaknya
dengan mengeluarkan desahan
desahan yang menggairahkan. Ia
langsung mengamatinya dengan
seksama dan aku mulai memegang
jendolan di celananya. “Aku buka ya?”
Tanpa menjawab, aku membuka
reseleting celananya. Terlihatlah celana
dalam biru usang dengan tonjolan
yang keras. Begitu aku buka tonjolan
itu, akhirnya aku bisa melihat penis
coklat yang sudah disunat berdiri
dengan tegarnya. Sama seperti
lengannya, penisnya juga terlihat
sangat berurat. Ia terlihat malu. “Malu
mas, kecil.” “Ah, gak kok. Punya besar,
indah dan berurat lagi.” Aku
berkomentar sambil mengambil
pelumas yang kusimpan di mobil.
(Untuk apa ya?) Aku lalu melicinkan
tanganku dengan pelumas dan
mengocok penisnya. “Apa itu mas?
Dingin banget ya?” “Ini pelicin
namanya. Kalau udah disunat, biar gak
susah ngocoknya harus pake ini. Kamu
belum pernah ngocok ya?” “Aku…aku
belum pernah.” Jawabnya malu malu.
Ia nampaknya sangat menikmati
kocokanku. Aku lalu mengambil
tangannya dan meletakan di penisku
yang masih di dalam celana. “Burung
mas besar juga ya.” Tak lama
kemudian, “Mas, kayaknya aku mau
kencing nih. Mass…. Mas… aku gak
tahan nih.” “Ngak apa apa. Keluarin
aja.” Sebelum ia mengeluarkan
pejunya, aku mengoralnya. Aku
merasakan pejunya yang hangat
keluar seperti tembakan di mulutku.
Rasanya sangat nikmat, manis dan
sedikit asin. “Ih mas, itu kan jorok.”
Katanya. “Ngak kok. Kamu belum coba
aja. Kalau dah coba pasti ketagihan
deh.” Aku kemudian membayar nasi
uduk tersebut sekaligus memberikan
tips tambahan atas ‘fresh juice’ nya.
“Bang, besok mau ketemu lagi ngak?
Aku bawain film film lain deh.” “Boleh
aja sih mas, tapi abis tutup warung
jam 11 malem ya.” Jawabnya dengan
gembira dan lugu.
www.ceritagay.uiwap.comAku tidak datang keesokan
harinya karena ada keperluan kantor
yang mendesak. Ingin rasanya aku
memberitahu bahwa aku tidak bisa
datang tapi bagaimana mungkin?
Nomer telepon abang itu aja tidak
punya. (Namanya siapa aku juga
enggak tahu.) Akhirnya aku datang
lusanya ke warung nasi uduk tersebut
sesaat sebelum tutup. (Untungnya.)
“Kok kemarin gak datang, mas? Aku
tungguin loh.” Tanya abang itu yang
ternyata namanya Dede. “Ya nih. Sori
banget yah. Kemarin tiba – tiba ada
keperluan kantor sih. Pesanan
makanannya bungkus aja deh. Dah
mau tutup jugakan jadi bisa sekalian
ikut aku. kalau mau. Aku tunggu di
tempat kemarin ya.” Dia hanya
mengangguk sambil menyiapkan
pesananku yang akan kubawa pulang.
Aku kemudian kembali ke mobil sambil
menunggunya. Kulihat semua tenda
sudah dibereskan dan ia datang masuk
ke mobil yang kuparkir agak jauh
(supaya enggak ada yang curiga).
“Cape ya kerja hari ini?” Tanyaku.
“Enggak juga. Sudah terbiasa sih.”
Jawabnya sambil kuelus – elus
selangkangannya. Ia pun terlihat sudah
mulai terbiasa. Setelah kita tiba di
rumahku, aku langsung menyalakan
film porno Asia Oriental dengan
pemeran pemeran yang keren. Sambil
menonton film tersebut, aku mulai
menggodanya. Tak lama, aku mulai
membuka pakaiannya yang berwarna
merah. Tercium aroma keringat lelaki
yang sangat kuat. Aku menjadi
bergairah. Langsung kubuka celana
panjanngnya. “Mereka putih – putih,
cakep lagi ya?” Ia bertanya dengan
polosnya sambil kucubit perlahan
pentilnya sampai ia kegelian. Kulihat ia
sudah sangat terangsang. Tonjolan
penisnya terlihat dengan sangat jelas
dengan sedikit cairan pas di kepalanya.
Aku mulai merabanya dan meletakan
di tonjolanku. Setelah semua adegan
selesai, aku membisikan sesuatu di
telinganya. “Mau yang seperti itu?” Ia
mengiyakan pertanyaanku. Kemudian
aku menurunkan celana dalamnya.
Langsung aku mengemut penis yang
sudah basah dengan precum. Ia
langsung berteriak kenikmatan.Aku
berdiri dan membuka celana panjang
dan celana dalamku. “Bang, kontol
abang besar banget?” Jelasnya.
Memang kontolku termasuk besar
dengan panjang sekitar 18cm dan lebar
4cm. aku mengiringnya ke kamar
mandi untuk mandi bersama. Di bawah
pancuran air hangat, aku mencumbu ia
habis habisan dan menyuruhnya untuk
mengoral aku. Kontolku terasa sangat
geli sekali karena terkena giginya. Tak
lama, aku membalikan tubuhnya dan
pelan – pelan kumasukan batangku
yang keras ini. “Tahan ya. Bakal agak
sakit sedikit. Kamu tahan sakit kan?”
Begitu kumasukan sedikit ia nampak
kesakitan dan sedikit berteriak. Aku
kemudian menutup mulutnya dengan
tanganku sambil memainkan pentilnya.
Akhirnya berhasil kumasukan seluruh
kontolku ke dalam lubangnya. “Enak
enggak? Enak kan dimasukan seperti
ini?” Tanyaku. Ia menjawabnya dengan
desahan desahan yang menggoda.
“Ah, bang. Kontol a..baaangg enak
banget. Ah, sakit tapi enak banget
bang.” Komennya. “Terus…terus bang.
Yang cepat… Aku inginmengerasain
dimasukin yang cepat, bang.” “Wuah,
dah ketagihan ya? Enakan…” Aku
memompa kontolku di lubangnya
sambil mengocok penisnya yang keras.
“De, aku mau keluar nih. Mau pejuku?
Mau coba kan?” “Mau bang. Aku mau
cobain punya abang. Arrgahhh…” Aku
lalu mengeluarkan penisku dari
lubangnya dan kukocok tempat di
depan mukanya dengan mulut yang
terbuka. “Arghh, ahhh…aku mau keluar
ya. Isep dong, De. Isep yang kuat ya.”
Dede langsung menghisap kontolku
dengan kuat dan keluarlah peju di
mulutnya. Tanpa kusuruh, ia langsung
menelan habis pejuku. “Gimana? Enak
kan?” Tanyaku. “Iya, enak banget. Asin
ya ternyata.” Aku lalu mendekatkan
bibirku dengan bibirnya. Kucium ia
dengan nafsu sambil kukocok
kontolnya yang berwarna kecoklatan
itu. “Arhh, bang..aku….gak tahan…dah
mau keluar nih…” Rintihnya. Kupercepat
kocokanku dan keluarlah pejunya
dengan semprotan yang lumayan jauh.
Badannya sedikit gemetaran. Setelah
permainan nafsu kami selesai, kami
mandi lalu aku makan bersama. Aku
menyuruhnya untuk bermalam di
tempatku karena sudah terlalu malam.
Alasan sebenarnya, tentu saja karena
aku tidak ingin berakhir sampai disitu
saja. Akhirnya, malam itupun kuambil
keperawanan Dede. Ia terlihat tidak
menyesal bahkan menginginkannya
lagi.